Mobile Broadband Application Coverage Improvement – Kerjasama XL – Facebook and Ericsson

Di Jakarta, berdasarkan survey salah satu media akhir-akhir ini, saat ini 90% anak SMA sdh menggunakan smartphone, dan akan terus berkembang dengan semakin terjangkaunya harga smartphone.  Begitupun anda pasti sudah menggunakan smartphone. Berapa aplikasi yang di install di smartphone anda? 50? 200? Atau lebih? Anda berharap bisa memakai aplikasi itu di mana saja dan kapan saja bukan? Bagaimana kalau untuk membuka aplikasi, ambil contoh aplikasi facebook, anda harus menunggu lebih dari 3 detik? 10 detik? sampai terbukanya seluruh halaman facebook. Siapa yang pertama kali di salahkan kalau aplikasinya berjalan terlalu lambat? Operatornya kan? Itulah salah satu tantangan Operator dalam untuk memberikan layanan mobile internet dalam era smartphone ini.

Pertumbuhan smartphones dan aplikasi (apps) yang pesat memberikan tantangan ke network operators seperti XL-Axiata karena terjadi perubahan yang significant dalam bagaimana kita melakukan planning, design dan optimisasi jaringan di bandingkan dengan layanan voice & SMS.  Pada voice dan SMS services, network key performance indicators (KPI) bisa di katakan hampir sama dengan Experience yang di alami pelanggan, sedangkan di mobile internet services yang lebih application centric, network KPI tidak selalu sama dengan real end users quality of experience.

KPI blog

Yang paling mudah kita lihat sebagai contoh adalah ketika menelpon dan tiba2 terputus,  kita bisa langsung melakukan redial tanpa terus melihat layar telpon bukan? Tetapi di layanan data dengan aplikasi tertentu bila terjadi putus sambungan, akan tetap kita lihat layar dan kita rasa lambat sekali bukan?

Kemudian kita menuju perbandingan Apps coverage, Apps coverage adalah area di dalam coverage network operator di mana kita bisa memakai aplikasi tertentu dengan kualitas yang bagus. Di layanan suara karena kebutuhan payload dan signalling yang di perlukan relative kecil, hampir bisa di katakan network coverage adalah sama dengan apps coverage. Sedangkan di layanan mobile internet, network coverage tidak bisa serta merta di katakan sama dengan apps coverage, karena masing2 apps bisa berjalan smooth tergantung dengan semua aspek end to end dari performansi jaringan baik dari sisi quality, capacity dan coverage di sisi radio sampai dengan core network bahkan ke apps server di internet layer.  Dan juga di tentukan oleh typical application design dan handset type (high end vs low end).

apps coverage

Apps coverage sering di jadikan dasar oleh customer kita untuk menyatakan jaringan network operator itu bagus atau tidak, dan kadang bisa juga utk menjugde applikasi berjalan dengan bagus atau tidak dengan membandingkan dengan aplikasi lain yang hampir serupa.

Memberikan layanan easy to use mobile internet selalu akan melibatkan 3 komponen utama yaitu, networks, devices dan apps. Jadi optimisasi app coverage penting untuk semua kedua pihak baik dari operators dan apps developers. Tetapi memang tidak mudah utk mengukur quality of experience (QoE) dari end users di dalam app centric services. Jadi bila kita tidak bisa mengukurnya, bgmn kita bisa melakukan improvement?

Berdasarkan fakta2 di atas, Facebook, Ericsson  and XL melakukan joint project sejak awal tahun 2014 untuk memonitor, melakukan analisa dan improvement facebook users experience di live network XL Axiata. Ericsson membuat metodology pengukuran parameter2 penting network secara end to end yang berkaitan langsung dengan app coverage, facebook membuat test agent facebook application yg mensimulasikan typical interaksi pengguna Facebook (typical real users case, – download template, satu atau multi-picture download dan single picture upload), dan kemudian di implementasikan di jaringan XL Axiata.

testagent

Facebook test agent ini akan mengirimkan Quality of Experience pelanggan ke server utk di analisa dan di korelasikan dengan network statistics.

Pada saat bersamaan, Ericsson and XL Axiata mengumpulkan parameters jaringan di area test, dengan data2 ini engineer kita melakukan korelasi antara data network dan data applikasi utk membangun metode identifikasi permasalahan jaringan dan cara optimisasinya.

apps coverage 2

Menggunakan dua jenis handset, i.e. High End Samsung Galaxy S4 & Low End Samsung Galaxy Young, 3 clusters di pilih sebagai simulation test area, yaitu gambir CBD mewakili dense urban areas, Bintaro Residential sebagai Sub Urban Areas dan Tigaraksa mewakili typical rural area. 3 type measurement yaitu stationery, moving drivetest dan stationery di hotspot area dilakukan untuk mendapatkan data data yang di perlukan untuk analisis.

areas

Dari hasil korelasi antara Facebook test agent log samples dengan network statistics pada lokasi dan waktu yang sama, kita bisa identify network issue dari mulai radio network, DNS server dan sampai dengan CDN yang di miliki oleh facebook.

correlated

Ini adalah benar2 sesuatu yang baru bagi kami dalam melakukan OUTSIDE IN network optimization approach, bekerja berdasarkan real app user experience dan bukan hanya network statistic data.

Hasilnya live test ini secara significant kita bisa rasakan yaitu:

time to content

1.Facebook time to contents improve close to 70% dengan consistency experience yang lebih baik dari sebelumnya, di rata2 dari 3s menjadi 1.2s.

2.Dan application coverage meningkat rata2 dari 62% menjadi 85%.

 

Sedangkan untuk facebook upload time significant improvement di rasakan di gambir dense urban CBD area yaitu meningkat sebanyak 58% utk high end handset.

upload FB

Di dalam project ini kita juga bisa mengidentifikasi pengaruh dari device capabilities terhadap user experience, high end device samsung galaxy S5 secara konsistent memiliki time to content 60-70% lbh cepat di bandingkan galaxy Y. Untuk upload picture, high end device memberikan 5 kali lebih cepat di bandingkan low end device.

terminal FB

Sebagai summary dari hasil kerjasama yang dilakukan oleh facebook pertama kali didunia bersama dengan operator dan vendor telecommunication secara bersamaan:

1.Significant Improvement of Facebook user experience has been achieved in all three clusters as a results of Facebook – Ericsson – XL Axiata Project:

Facebook App Coverage improved 40-70%

Facebook Time to Content improved up to 80%

Facebook Upload Time improved up to 50%

2.Handsets capability determines the user experience

More than double as fast time to content experience using high-end device compared to low end device. Up to 5 times better Facebook upload experience with a high-end device compared to a low-end device

3.E2E Network Key Parameters for Optimization have been identified and executed – model for further nationwide network improvement (on-going Q3-Q4/2014)

4.Proven Methodology for both App Developers, Network Operators, Network Solution Providers on how to optimize Customer Experience in using Mobile Apps.

Semua aktifitas POC dan hasilnya ini sudah di dokumentasikan di following web page:

 

http://internet.org/press/improving-app-and-network-performance-in-Indonesia 

 

 

Mengapa banyak transformasi organisasi gagal?

         Untuk tetap kompetitif dengan situasi pasar yang sangat menantang, banyak organisasi yang melakukan transformasi untuk tetap memiliki relevansi dengan perkembangan di bidang industrinya dan pastinya untuk mencapai tujuan bisnisnya. Tranformasi biasanya terlihat dimulai dari perubahan struktur organisasi yang disesuaikan dengan upaya untuk melakukan eksekusi strategi yang dipilih oleh perusahaan. Tetapi banyak usaha transformasi itu gagal untuk mencapai tujuannya serta banyak efek samping yang tidak diinginkan salah satunya adalah banyak kehilangan talenta-talenta yang merasa tidak cocok lagi dengan perubahan struktur yang dilakukan, dan akhirnya tidak mencapai tujuan transformasi itu sendiri.  Apakah yang salah?

          Di perusahaan yang saya pernah bekerja, pada saat mulai melakukan transformasi di tahun 2010, pimpinan puncak di HQ memanggil world class speaker –Manuel Knight yang ahli dibidang top performing team development, effective leadership dan organization that deliver top results – untuk melakukan seminar yang dihadiri oleh para wakil cabang perusahaan dari beberapa negara termasuk Indonesia.

Manuel Knight membawakan seminarnya dengan gaya yang lucu tetapi sangat mengenai sasaran dari tujuan organisasi untuk melakukan transformasi. Dia memiliki framework kombinasi “structure and then culture” untuk melakukan transformasi perusahaan sebagai berikut:

Blogs culture

Berikut ini adalah penjelasan definisi masing-masing bagian dari structure dan culture diatas.

Picture blogs 2

             Menurut Manuel Knight, dalam melakukan transformasi, perusahaan harus melakukan kombinasi perubahan stucture kemudian harus diikuti dengan perubahan culture yang diperlukan untuk melakukan eksekusi strategi yang sudah dipilih oleh perusahaan. Structure terdiri dari 4 area yaitu policy, process, structure dan strategy yang dapat dilakukan perubahan sangat cepat (bahkan bisa hanya dalam satu malam!) dan hanya ada dua pilihan bagi individu didalam perusahaan untuk memilih yaitu execute atau evacuate!  Sedangkan perubahan culture adalah sebuah slow system yang tidak akan mungkin dilakukan hanya dalam satu malam dan harus dilakukan oleh mayoritas karyawan. Untuk melakukan perubahan culture menjadi budaya perusahaan yang diinginkan untuk mendukung arah transformasi diperlukan ritual, symbols, values dan heroes yang sesuai dengan budaya yang diinginkan. Menurut Manuel Knight, banyak perusahaan yang gagal dalam transformasi karena hanya fokus didalam merubah structure tetapi tidak melakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam membuat perubahan budaya dengan memiliki sistem yang sistematis dalam melakukan ritual, memberikan simbol-simbol, mencontohkan values dan memiliki beberapa tokoh perubahan budaya (heroes) sesuai budaya yang diinginkan untuk mencapai perubahan transformasi yang diinginkan. Lebih parahnya banyak juga perusahaan yang gagal melakukan transformasi meskipun sudah melakukan upaya perubahan budaya/culture karena memilih culture yang sebenarnya tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan perubahan structure yang dilakukan. Beliau mengambil padanan dengan istilah beliau yang sangat populer yaitu “If you want corn, plant corn, don’t plant onion” – some leaders want corn but plant onion,and get mad when onion grows. Manuel memberikan contoh perusahaan yang akhirnya bangkrut meskipun sudah melakukan transformasi dibidang structure dengan biaya yang mahal karena salah memilih pembentukan budaya yang diinginkan untuk mendukung upaya transformasinya. Jadi anda sebagai leader, jangan salah memilih budaya yang akan anda bentuk di perusahaan anda, pilihlah yang benar-benar sesuai dengan arah perubahan yang diinginkan jangan sampai berlawanan…….

Sebagai penutup seminar, beliau menekankan bahwa Structure is chassis, Culture is Engine. Tugas leader adalah memastikan ada interaksi yang kuat antara perubahan structure dan culture yang mendukung arah transformasi yang diinginkan sehingga akan membawa performansi perusahaan yang lebih baik.

“Leadership Job in time of change is to ensure that there is interaction b/w the structure and the culture, the better interaction will lead to better performance”

 

PENATAAN FREKUENSI 1800 MHz UNTUK PERCEPATAN LAYANAN 4G/LTE MENUJU GENERASI DIGITAL INDONESIA

LATAR BELAKANG

Frekuensi adalah sumber daya alam yang terbatas dan digunakan oleh penyelenggara telekomunikasi untuk memberikan layanan panggilan suara, pesan pendek/sms dan koneksi internet ke pelanggan. Frekuensi 1800 MHz adalah salah satu frekuensi berlinsensi yang dimiliki oleh empat penyelenggara telekomunikasi selular (operator) di Indonesia yaitu PT XL Axiata, PT Telekomunikasi Selular, PT Indosat dan PT H3I.  Lebar pita frekuensi yang tersedia di frekuensi 1800 MHz sebesar 75 MHz adalah lebar frekuensi terlebar yang ada di bandingkan dengan frekuensi lainnya yang di miliki oleh empat operator di atas. Frekuensi yang lainnya ada di 900 MHz (lebar pita hanya 25 MHz) dan 2100 MHz (lebar pita sebesar 60 MHz), sehingga frekuensi 1800 MHz sangat ideal untuk memberikan layanan pita lebar (mobile broadband) sesuai dengan agenda yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dalam Rencana Pita Lebar – Indonesia Broadband Plan dengan menggunakan teknologi 4G/LTE. Faktor pendukung lainnya adalah ketersediaan 4G/LTE handset yang paling banyak digunakan juga berada  di frekuensi 1800 MHz. Di akhir tahun 2014, 4G/LTE sudah mulai digelar secara resmi di Indonesia dengan frekuensi 900 MHz, tetapi karena keterbatasan lebar pita 900 MHz, 4G/LTE hanya dioperasikan maksimum di lebar pita 5 MHz sehingga kecepatannya terbatas. Sedangkan di pita 1800 MHz, operator memiliki frekuensi yang lebih lebar minimum 10 MHz dan maksimum 22.5 MHz sehingga terlihat jelas peluang untuk memberikan layanan pita lebar (mobile broadband) yang lebih maksimal kepada pelanggan. Beberapa operator juga sudah melakukan uji lapangan terbatas dengan 1800 MHz untuk memastikan bahwa potensi frekuensi 1800 MHz memang sangat besar untuk memberikan pelayanan mobile broadband yang maksimal ke pelanggan.

Untuk memberikan kemampuan maksimal dari 4G/LTE dibutuhkan alokasi spektrum yang berkesinambungan untuk masing-masing operator, akan tetapi sayangnya alokasi spectrum di 1800 MHz masih terpisah-pisah sehingga hal ini juga menjadi faktor ketidakefisienan dalam investasi perangkat radio pemancar (BTS) oleh para operator. Alokasi frekuensi yang terpisah-pisah ini juga membatasi potensi untuk memberikan layanan ke pelanggan dari sisi maksimum kecepatan data yang bisa dicapai. Bahkan untuk layanan teknologi 2G/GSM yang menggunakan frekuensi 1800 MHz diperlukan rancangan frekuensi planning yang sangat specifik dan tinggi kompleksitasnya.

gambar 1

Gambar 1. Alokasi Spektrum yang terpisah-pisah membatasi potensi layanan 4G/LTE 1800 MHz

Dengan kenyataan yang dihadapi ini, Ditjen SDPPI bersama dengan para operator sepakat untuk memiliki pandangan yang sama untuk menata alokasi spektrum 1800 MHz supaya alokasi frekuensi untuk masing-masing operator akan berkesinambungan. Penataan kembali susunan alokasi diperlukan karena akan memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut:

  • Investasi perangkat BTS yang lebih efisien
  • Memberikan kemampuan maksimal ke masing masing operator dari lebar pita frekuensi yang di miliki untuk memberikan layanan kepada pelanggan khususnya layanan pita lebar (mobile broadband) dengan teknologi 4G/LTE

Namun untuk melakukan penataan ini bukan hal yang mudah, karena seluruh frekuensi 1800 Mhz ini sudah di pakai untuk memberikan layanan di teknologi 2G/GSM 1800 MHz yang utamanya di pakai untuk layanan suara dan pesan singkat (SMS) dengan jumlah pelanggan yang masih sangat banyak (puluhan juta). Penataan ini juga akan melibatkan 4 operator dengan jumlah BTS (base station receiver system) sebanyak 68,405 BTS, jumlah yang sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini sangat menantang karena untuk melakukan penataan ulang beberapa prinsip pokok di bawah ini harus di perhatikan dan di pastikan:

  • Minimalisir terjadinya gangguan layanan ke pelanggan 2G/GSM baik secara kualitas, lokasi (region), durasi dan kapan (waktu) gangguan akan terjadi
  • Minimalisir biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk penataan ulang spektrum 1800 MHz ini (national efficiency)
  • Minimalisir kompleksitas di proses perencanaan dan eksekusi penataan ulang
  • Minimalisir kerugian di sisi pelanggan dan sisi operator karena terjadinya gangguan layanan
  • Sinkronisasi pelaksanaan penataan ulang antar operator untuk menghindari interferensi dari satu operator ke operator lainnya pada saat perpindahan alokasi frekuensi khususnya di daerah batasan klaster

 

PROSES DALAM PENATAAN KEMBALI 1800 MHZ MENUJU LAYANAN 4G/LTE

Ide penataan kembali spektrum 1800 MHz sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu oleh beberapa pihak baik dari sisi operator dan pemerintah,  dan terus mengerucut. Pada akhir tahun 2014, diskusi dengan pemerintah oleh beberapa operator semakin intensif untuk memastikan bahwa penggelaran teknologi mobile broadband 4G/LTE 1800 MHz bisa terlaksana segera di tahun 2015.  Memang awalnya muncul kekuatiran akan terganggunya layanan suara dan pesan di 2G/GSM pada frekuensi 1800 MHz karena masih padatnya pelanggan yang menggunakan layanan ini oleh sebagian operator.  Ditjen SDPPI menjembatani diskusi antar operator ini karena masing-masing operator memiliki usulan dan kekuatiran yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan strategi perusahaan masing-masing. Setelah melalui serangkaian pertemuan yang sangat intensive dimulai di awal tahun 2015, dengan semangat yang sama untuk bisa memberikan layanan 4G/LTE kepada masyarakat Indonesia di tahun 2015 dengan lebih baik di spektrum 1800 MHz, akhirnya di capai kata sepakat pada akhir bulan April 2015. Kesepakatan antar operator untuk melakukan penataan kembali susunan alokasi frekuensi 1800 MHz akan dimulai pada tanggal 4 Mei dan berakhir pada tanggal 23 November 2015 (hanya sekitar 7 bulan) untuk seluruh Indonesia dan dituangkan dengan penerbitan PM 19 Tahun 2015.

gambar 2

Gambar 2. Kesepakatan tentang metode dan waktu penataan ulang tercapai secara bulat di final meeting antar PIC operator di Yogjakarta pada tanggal 28 April 2015 – duduk paling depan dari kiri kekanan – Gustiansyah Wilson – PIC H3I, Ivan Permana – PIC Telkomsel, Denny Setiawan – Ditjen SDPPI – Rahmadi Mulyohartono – PIC XL Axiata, Joko Riswadi – PIC Indosat Ooredoo

Metode penataan yang disepakati adalah penataan bertahap (step-wise) yang akan menyusun ulang alokasi frekuensi 1800 MHz dengan 3 tahapan dalam setiap 2 minggu sebagai berikut:

gambar 3

Gambar 3. Tahapan Penataan untuk menyusun ulang alokasi frekuensi 1800 MHz

Penataan dilakukan bertahap dari area dengan jumlah pelanggan 2G/GSM terkecil menuju area dengan pelanggan 2G/GSM yang banyak. Kita membagi wilayah Indonesia menjadi 42 klaster sebagai berikut:

gambar 4

Gambar 4. Pembagian Klaster Penataan Ulang Spektrum 1800 MHz di seluruh Indonesia

Pelaksanaan penataan ulang dimulai di klaster Maluku dan Maluku Utara pada tanggal 4 Mei. Penataan ulang ini dilakukan harus dalam waktu tengah malam hari untuk mengurangi dampak gangguan layanan ke pelanggan. Untuk memudahkan koordinasi antar operator dan manajer proyek dari Ditjen SDPPI, online War-room antar operator dibuka dan dipimpin oleh proyek manager SDPPI sehingga bisa terjadi interaksi yang kondusif guna memastikan tidak adanya hambatan dalam proses eksekusi penataan ulang dan setelahnya kondisi layanan tetap terjamin.

gambar 5

Gambar 5. Koordinasi Penataan Secara Online Antar Operator Di pimpin oleh SDPPI

Dengan koordinasi yang baik dan kondusif, setelah berjalan 5 bulan pelaksanaan penataan (setiap minggu dua malam penataan), semua operator dan Ditjen SDPPI melakukan review apa yang sudah berjalan dengan baik dan apa yang masih perlu pembenahan kembali. Pada bulan Oktober 2015, pada pertemuan dengan para PIC operator dan Ditjen SDPPI dicapai kesepakatan untuk melakukan percepatan di sisa klaster berkat pengalaman yang didapatkan dalam pencapain penataan antara bulan Mei sampai bulan  Oktober 2015 sebanyak 85% dari total klaster (36 klaster dari 42 klaster).  Akhirnya dengan ijin Allah SWT, penataan ulang spektrum 1800 MHz yang melibatkan 4 operator dan Ditjen SDPPI bisa kelar dengan baik pada tanggal 16 November atau satu minggu lebih awal dari rencana awal waktu penataan yaitu tanggal 23 November 2015. Penataan ulang terakhir adalah di klaster Jakarta Inner dengan jumlah pelanggan terbanyak dan jumlah BTS terpadat yaitu 11,055 BTS beroperasi di 1800 MHz milik 4 operator.

 

HASIL PENATAAN ULANG ALOKASI FREKUENSI 1800 MHz

Dari penataan ulang yang bisa di bilang sangat cepat dari waktu yang diprediksi sebelumnya oleh para pengamat telekomunikasi yaitu antara 1 tahun sampai 3 tahun,  Alhamdulillah berkat koordinasi yang baik antara Ditjen SDPPI dan para PIC operator, team eksekusi penataan ulang baik dari operator dan rekanan vendor, kita bisa menyelesaikannya hanya dalam waktu kurang dari 7 bulan (4 Mei – 16 November 2015), sesuatu pencapaian yang luar biasa. Tetapi yang lebih penting adalah dibukanya kesempatan untuk menggelar layanan 4G/LTE dengan lebar pita alokasi frekuensi maksimum sesuai alokasi masing-masing operator sebagai berikut:

gambar 6

                   22.5 MHz                          10 MHz             20 MHz                                  22.5 MHz

Gambar 6. Hasil Penataan Ulang untuk memaksimalkan penggelaran layanan 4G/LTE

Dengan hasil penataan ulang yang memberikan potensi maksimum pemanfaatan spektrum 1800 MHz oleh masing-masing operator, mulai bulan Juni 2015 sudah di mulai Uji Layak Operasi (ULO) untuk LTE 1800 MHz oleh beberapa operator. Penggelaran 4G/LTE bisa di mulai setelah satu klaster selesai dilakukan penataan. Para operator tidak menunggu panjang, begitu selesai penataan masing masing operator menggelar layanan 4G/LTE sesuai dengan strategi perusahaan masing-masing. Pada tanggal 6 Juli 2015, Menkominfo meresmikan secara resmi penggelaran 4G/LTE yang di tandai dengan peluncuran layanan 4G/LTE 1800 MHz oleh 4 operator secara serentak.

Gambar 7

       Gambar 7. Launching 4G/LTE 1800 Secara Serentak Oleh Semua Operator Dipimpin oleh Menkominfo pada tanggal 6 Juli 2015

Saat ini kita bisa lihat semua operator sudah menggelar layanan 4G/LTE dengan lebar pita yang maksimum sesuai spektrum yang dimiliki masing-masing operator dan besarnya pelanggan 2G/GSM yang masih menggunakan frekuensi 1800 MHz. Dengan spekrum yang berkesinambungan sebesar 10 MHz, 4G/LTE bisa memberikan kecepatan layanan maksimum sebesar 75 Mbps dan untuk 15 MHz akan memberikan kecepatan maksimum sebesar 100 Mbps. Dengan pengguna 4G/LTE yang semakin meningkat dengan pesat seiring dengan penggelaran jaringan 4G/LTE 1800 MHz oleh operator, hal ini akan mempermudah pencapaian Indonesia Broadband Plan (IBP) yang dicanangkan oleh pemerintah.  Hal ini  juga akan mempercepat pencapaian masyarakat dengan ekonomi digital (digital economy) yang memiliki potensi  130 Milyar US Dollar pada tahun 2020 yang akan menjadikan Indonesia menjadi negara dengan digital economy terbesar di ASEAN pada tahun 2020. Saat ini sudah kita lihat betapa banyaknya layanan digital yang bisa dinikmati oleh masyarakat guna menunjang percepatan pembangunan ekonomi nasional.

 

 

                                                                                 RAHMADI MULYOHARTONO

                                                                                 PIC Penataan 1800 MHz – PT XL-Axiata Tbk

Smartphones – A real game changer….

Dengan kemampuan Smartphones saat ini yang sudah bisa hampir menggantikan peran banyak devices misalnya GPS, Laptop, Digital Camera, ATM, Peta, Handycam, TV, PSP – console game and so on so forth, masyarakat sangat menyukai penggunaan smartphones di mana pun mereka berada dan kapan pun mereka bisa menggunakannya. Saya pernah menanyakan ke beberapa teman2 yang memakai smartphones, rata2 mereka menjawab bahwa mereka suka smartphones yang handy dan ringkas tetapi bisa memberikan akses ke aplikasi dan informasi yang dulunya kita harus menggunakan PC atau laptop dan sambungan internet. Kalau kita bandingkan dengan 8 tahun dari sekarang (i.e. 2004), kebanyakan handphone hanya kita pakai untuk hanya voice calls, SMS dan browsing dengan very limited capabilities (jamannya WAP). Konten2 juga ada tetapi masih sangat limited. Bandingkan dengan sekarang, di Apple Store dan Play Store ada berapa aplikasi? Dengan perkembangan smartphones yang pesat e.g. Quadcore, Layar 1080P HD, Motion Sensor, etc etc dengan teknologi 3G/HSPA+, LTE/LTE-A, kedepannya akan kita lihat banyak aplikasi baru yang akan didevelop – “This is still just beginning, we will see and experience more capabilities of smartphones”

Smartphones

Berapa Jumlah Internet Capable Devices yang anda miliki?

Berdasarkan survei kecil2an yang saya lakukan di sosial media Path dan Facebook terhadap teman2 saya bulan Agustus 2013 dan pertanyaannya adalah berapa jumlah Internet Capable Devices yang mereka miliki.  Coba tebak kira berapa rata2 Internet Capable Devices yang dimiliki oleh teman2 saya? Saya mendapatkan 52 respons dari teman2 Facebook dan ada yang maksimum memiliki 30 Internet Capable Devices.  Paling minimum hanya memiliki 2 Internet Capable Devices – ini teman2 yang masih bujang he he he.  Total rata2 mereka memiliki 9 Internet Capable devices, sedangkan dari teman2 saya di Path,  rata2 mereka memiliki 7 internet capable devices….Wow…

Facebook Survey - Jumlah Internet Capable Devices Path Survey

Sekarang coba hitung berapa jumlah Internet Capable Devices anda sendiri? Mulai dari smartphones, tablets, laptops, PCs, Smart TVs, donggles, MiFi, Xbox, Playstation, etc etc… Mungkin anda akan kaget dengan hasil hitungan anda sendiri?

Ini baru permulaan dari “Internet of Things” di Indonesia yaaa , meminjam quote dari Hans Vestberg CEO Ericsson – “everything that benefits from a network connection will have one”.  Semakin banyak devices akan memiliki koneksi internet, misalnya CCTV, smart watch, photo frame, panel meter PLN, Air Conditioner, etc etc…. silahkan berpikir apa saja yang mungkin bisa kita koneksikan ke internet dan bisa mendapatkan benefit dari koneksi internet tersebut. Siapa tahu bisa jadi opportunity bisnis baru buat anda….

Dengan koneksi Fixed Broadband (broadband dengan kabel seperti First Media, Telkomspeedy etc) yang terbatas di Indonesia, devices dengan internet koneksi di atas kebanyakan akan tersambung ke Internet kebanyakan melalui jaringan Mobile Broadband, nah ini akan menjadi tantangan yang menarik di Indonesia untuk bagaimana kita mempersiapkan diri menyongsong era Internet of things dengan kecukupan koneksi internet broadband yang memadai dari sisi kecepatan dan kapasitasnya.

 

 

 

Sekarang, kita bertanggung jawab untuk kapan kita perlu “disconnected”

Saat ini kita tinggal di dunia dimana hampir semua dari kita tertidur di sebelah handphone/smartphone kita. Kita juga meletakkan smartphone kita selalu dekat dengan kita seperti ketika kita bekerja, belajar, makan atau apapun anda bisa sebutkan aktifitas harian kita. Kita jadi lebih bisa di jangkau dimanapun dan kapanpun. Kita bisa terhubung dengan internet kapanpun dan dimanapun saat kita mau. Berbeda dengan jaman dulu yang kita harus pergi ke warnet atau menyalakan PC dulu baru setup koneksi ke internet (dial up lagi).  Dengan kenyataan ini, kita yang harus lebih wise dalam menggunakan smartphone kita. So you are responsible when you need to be disconnected (The power of mobile internet).

Akankah smartphone menggantikan semua tugas komputer?

Lima tahun yang lalu, kita menggunakan telepon genggam (HP) untuk menelpon, mengirimkan pesan singkat (SMS) dan mengakses beberapa konten HP yang waktu itu sangat terbatas jumlahnya. Sekarang, smartphone kita dapat melakukan sangat banyak fungsi seperti browsing internet, mengirim email dengan attachment, navigasi perjalanan dengan GPS dan peta yang komplit (bahkan sudah 3D), melakukan video shooting dan memutar dalam resolusi High Definition (HD), mengambil gambar dengan resolusi tinggi, untuk sosial networking seperti facebook, twitter, path dan lainnya, untuk melakukan transaksi perbankan, pengiriman uang (remittance), online payment, memainkan game game favorit, menonton televisi online dan banyak fungsi lagi yang anda bisa bayangkan dan sebutkan sendiri.  Kita menyukai bentuk smartphone yang relatif kecil dari pada laptop atau netbook tetapi memberikan akses ke beberapa tools dan informasi yang dahulunya kita memerlukan PC desktop atau laptop dengan koneksi internet dari kabel. Dan ini hanya suatu permulaan, kita akan melihat dan mengalami lebih banyak kemampuan dari smartphone di masa yang akan datang. “And this is still just the beginning, we will see and experience many more capabilities of smartphones – the power of mobile internet”

Siapa yg lebih didahulukan? Customers, Employees atau Shareholders?

 

Semalam saya membaca buku dari Collen Barret, emiritus presiden dari Southwest Airlines yang berjudul “Lead with LUV: A Different Way to Create Real Success”.  Mengacu ke balanced scorecards, di setiap perusahaan ada tiga golongan stakeholders utama yang memiliki fungsi yang sangat menentukan akan kesuksesan dari suatu perusahaan, yaitu customers, employees  dan shareholders. Terkadang pimpinan perusahaan dihadapkan pada suatu dilema untuk mencoba menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan dan keinginan dari ketiga stakeholders utama tersebut. Bagaimana perusahaan anda memilih dan melakukan prioritas terhadap ketiga stakeholders ini?

Di dalam buku “Lead with LUV” saya cukup terkesima dengan urutan prioritas yang dilakukan oleh para pimpinan Southwest Airlines, yang menempatkan prioritas urutan sebagai berikut:

 

  1. Employees
  2. Customers
  3. Shareholders

Hal ini sangat berbeda dari perusahaan perusahaan lain yang selalu menempatkan “customers first”. Para pimpinan di Southwest mendasarkan kebijakan ini dengan berdasarkan bahwa kalau all leaders di perusahaan melayani employees-nya dengan baik, hal hal yang baik buat customers dan stakeholders juga akan terjadi. “Treat your people right, and good things will happen”. Di Southwest, employees adalah stakeholders yang paling diprioritaskan. Seluruh line managers di Southwest diberikan performance indikator untuk menggunakan kira2 80% dari waktu kerjanya untuk melayani dan menjamin team membersnya memiliki lingkungan kerja yang menyenangkan, serta memberikan feedback, mentoring dan coaching kepada team membernya. Hal itu akan membuat employees merasa nyaman terhadap apa yang mereka kerjakan, termotivasi, terlatih dan memiliki ikatan yang kuat dengan perusahaan dan team members lainnya. Dengan perlakuan ini, management Southwest juga mengharapkan seluruh karyawan juga akan memiliki sifat melayani yang sama terhadap seluruh customers yang dilayaninya.  Di Southwest airlines, para pimpinan perusahaan menempatkan employees pada peringkat prioritas utama, customers kedua dan stakeholders yang ketiga.  Hal ini telah menempatkan Southwest menjadi peringkat pertama di US sebagai domestic carrier. Berdasarkan Wikipedia, Southwest memiliki 547 pesawat Boeing 737 dan melayani penerbangan sebanyak 3100 perhari (Data 30 Juni 2010).  Dengan perlakuan yang baik dan menjadikannya karyawan sebagai prioritas yang pertama, hal ini telah menjadikan Southwest memiliki “the best customer satisfaction ratings” dan mendongkrak performansi finansial dari perusahaan secara significant di industri yang memiliki banyak kompetitif kompetitor. Di Southwest, leaders melayani karyawan dan kemudian karyawan akan melayani customernya dengan lebih baik yang kemudian akan membuat banyak customer yang menjadi pelanggan setia yang selalu menggunakan dan juga kemudian merekomendasikan ke saudara dan teman2nya untuk menggunakan Southwest. Hal ini juga kemudian akan memenuhi kebutuhan dari shareholder yang lebih focus ke arah performansi finansial dari perusahaan.

 

Jadi bagaimana top management di perusahaan anda melakukan prioritas terhadap ketiga stakeholders utama ini?

 

Motivasi = Bahan Bakar

Motivasi karyawan bisa diibaratkan sebagai bahan bakar dari sebuah mobil. Jika kita memiliki anggota team yang sangat skillful dan berpengalaman di bidang masing2 untuk mencapai tujuan dari organisasi kita, team ini bisa diibaratkan sebagai sebuah mobil Mercedez Benz 3000 cc yang mewah dan bertenaga. Sebagai seorang pemimpin yang diibaratkan sebagai pemegang kemudi dari mobil ini, leader harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari bahan bakar yang diberikan ke dalam tangki mobil Mercy ini. Dia harus mengisi bahan bakar dengan kualitas yang ditentukan, misalnya minimum nilai oktannya adalah 92 (sekelas Pertamax atau Shell Super), kalau tetap memberikan bahan bakar dengan oktan lebih rendah misalnya Premium (oktan 88) demi alasan cost, Mercy ini tetap akan jalan, dengan resiko mesin “nggelitik – kata orang bengkel karena nilai oktannya tidak sesuai dengan spesifikasi kompressi dari mesinnya” dan kalau tetap memaksakan dalam waktu yang lama tidak mustahil biaya servicenya akan sangat mahal dan mobil akan berhenti “berproduksi”. Jadi dalam memotivasi team, semakin tinggi tingkatan skills dan knowledge dari team members (i.e. Knowledge Workers), akan memerlukan kualitas motivasi yang lebih bagus dari pada  tenaga kerja yang hanya memerlukan basic skills (contohnya blue collar employee yang hanya rutin mengerjakan pekerjaan yang sama setiap harinya). Knowledge workers ini tidak akan puas dengan hanya imbalan “compensation & benefits” yang lebih tinggi dari market average, tetapi mereka juga “mencari” nilai2 “what’s in it for me” yang lebih tinggi, misalnya tentang opportunity for continous learning, career advancement possibility dan job satisfaction values yang unik pada masing2 individu. Sebagai driver, leader harus tahu betul bagaimana memberikan bahan bakar yang tepat untuk masing2 team membernya.

Kemudian hal yang sangat penting kedua, sang sopir juga harus menyetir mobil ini dengan benar dengan memberikan visi dan misi serta tujuan yang jelas dari  perjalanan yang akan ditempuh. Sebagai sopir selain dia harus berkolaborasi secara padu dengan mesin Mercy ini, kapan harus di”gas” kapan harus di”rem” dan kapan harus belok kiri atau kanan, semua harus berpadu dengan baik. Jangan pada saat menikung tajam di jalanan yang berair, pengemudi tidak mengurangi kecepatannya, bisa berbahaya buat semua peumpangnya. Dan yang juga penting sekali, sebagai sang sopir, leader harus melihat fuel meter apakah bensinya masih penuh (F), atau tinggal setengahnya? Jangan sampai terjadi, leader hanya mengejar tujuan dari organisasi dan lupa untuk melihat level dari bahan bakarnya atau level dari motivasi team membernya. Kalau bensinnya habis (di E!), motivasi level yang terlalu rendah, mobil tidak akan bisa mencapai tujuan perjalannya.  Dia harus tahu kapan harus mengisi bensin dari kendaraan sehingga akan menjamin tercapainya tujuan dari perjalanannya.

 

 

 

Didalam organisasi selain diperlukan skills dan knowledge yang mencukupi untuk mencapai tujuan dari organisasi, leaders di semua level harus menjaga terpenuhinya kebutuhan bahan bakar motivasi dari anggota team sehingga akan tercipta kombinasi “CAN DO WILL DO”.  Dengan motivasi yang tinggi (level F!) maka organisasi akan lebih mudah mencapai tujuannya.

The ecosystem has evolved……

ecosytem has evolved


Masih ingat dengan pertama kali anda dan orang tua anda mendapatkan sambungan telpon rumah yang pertama kali? Tahun berapa? Hanya ada PT Telkom atau PT Perumtel yang memberikan sambungan telpon rumah waktu itu. Telpon rumah anda juga di pakai beramai ramai seluruh keluarga kan? Masih ingat di panggil panggil kalau kita mendapatkan telpon yang ditujukan ke kita? Kalau yang belum ada telpon rumahnya, kalau menelpon ke saudara (biasanya yang tinggal di luar kota), kita dulu datang ke Wartel. Sekarang masih adakah Wartel di daerah anda? Mungkin masih ada tetapi sudah tidak laris lagi dan mungkin nanti anak cucu kita tidak tahu apa itu Wartel. Sekarang kita masing2 sudah memiliki handphone untuk berkomunikasi dari mana saja, kapan saja dan kemana saja. Kita juga bisa di hubungi di mana saja kita berada dan kapan saja oleh siapa saja yang tahu nomer handphone kita. Sekarang handphone adalah sesuatu yang personal dan itu berbeda dengan telpon rumah yang kita pakai bersama sama orang serumah. Itulah perubahan yang terjadi di dunia telekomunikasi, so bagaimana perubahan di sisi informasinya (koneksi ke internet)? Masih ingat nggak jaman kita kalau masih sangat tergantung ke desktop PC untuk mengetik tugas kuliah? Dulu beli PC desktop ke Glodok atau Harco dan pulang ke Depok pakai bus dengan memangku box desktop PC yang besar dengan bangganya. Sekarang lebih banyak notebook dan netbook yang di jual di pusat pusat penjualan komputer.  Desktop PC bersifat untuk di shared bersama sama dengan penghuni rumah yang lain. Notebook dan netbook lebih personal dan jarang yang di pinjamkan untuk di pakai beramai ramai. Untuk koneksi ke internet, masih ingat tidak dengan dial up service yang di provide oleh beberapa ISP yang kita masih harus juga menanggung tagihan bulanan ke Telkom selain ke ISPnya karena masih menggunakan kabel telpon? Pada saat kita dial up, telpon juga tidak bisa masuk. Kecepatan dial up waktu itu hanya 56 kbps, tetapi sudah senang sekali kita karena bisa terkoneksi dengan internet dan melakukan browsing websites yang kita perlukan. Sejak tahun 2009 lalu, dengan netbook atau notebook/laptop ditambah dengan USB modem selular, kita bisa tersambung internet di mana saja dan dengan kecepatan yang lebih cepat dari dial up modem. Sekarang evolusi ekosistem ICT semakin cepat berubah dengan hadirnya smartphone dan tablet yang memilki processor kapabilitas tinggi seperti dual core dan quadcore….. dengan smartphone dan tablet ini kita bisa terhubung dengan internet dimana saja dan kapan saja, kita juga bisa melakukan apa saja yang dulunya harus menggunakan desktop PC atau laptop. Dengan smartphone dan beberapa tablet kita juga bisa melakukan komunikasi suara dan pesan sekaligus menghubungkan kita dengan dunia internet di mana saja dan kapan saja. Satu kesatuan solusi ICT yang akan terus berevolusi untuk memudahkan kehidupan kita.

The marriage between business strategy and people strategy – end to end integrated talent management framework

Strategi suatu perusahaan akan hanya menjadi strategi belaka kalau perusahaan tidak memiliki karyawan yang berkualitas untuk melakukan eksekusi dari strategi tersebut. Untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas sesuai dengan strategi yang dipilih oleh perusahaan dan untuk mencapai tujuan dari perusahaan, baik untuk jangka pendek dan jangka panjang; perusahaan perlu menerapkan suatu strategi yang tepat untuk mengelola karyawannya (right people strategy). Salah satu eksekusi people strategy yang bisa menjadi acuan adalah penerapan end to end integrated talent management. Talent Management adalah identifikasi, karir development dan movement dari karyawan dan pemimpin-pemimpin (leaders) di dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan retention dari karyawan karyawan kunci (key talents) dan untuk mempersiapkan karyawan-karyawan lainnya yang akan menjadi key contributors di masa yang akan datang dengan knowledge yang luas sesuai dengan kemajuan teknologi dan tren bisnis serta memiliki cross-functional skills yang diperlukan untuk menjalankan eksekusi dari strategi perusahaan (dikutip dari Gay, Matthew., and Doris Sims. Building Tomorrow’s Talent: A Practitioner’s Guide to Talent Management and Succession Planning. (Bloomington, Indiana: AuthorHouse, 2006)).

Berikut ini adalah framework dari end to end integrated talent management:

Talent Management

Framework end to end integrated talent management di atas di modifikasi dari framework integrated talent management yang di buat oleh Bersin dan associates dengan tambahan pondasi sebagai berikut: (1) Perubahan teknologi dan solusinya serta perubahan business landscape yang mendorong perusahaan memilih (2) strategy yang berguna untuk beradaptasi dan memelihara sebuah pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan serta mencapai posisi yang di inginkan oleh perusahaan tersebut (wanted positions). Dengan pemilihan strategi bisnis tersebut, dibutuhkan alignment dengan perubahan dari (3) profil kompetensi dan pekerjaan (job profile) yang mendukung eksekusi dari strategi tersebut.  (4) Sistem HRD dan key performance metrics juga perlu diadaptasikan dengan model bisnis proses yang baru. Keempat pondasi tersebut di kelilingi dan menjadi dasar dari seluruh end to end integrated talent management activities (circle) seperti dalam gambar di atas.  Aktivitas end to end integrated talent management di dalam lingkaran tersebut dieksekusi berdasarkan empat pondasi yang disebutkan di atas dan masing-masing aktivitas harus memiliki bonding yang kuat dengan aktivitas yang lainnya.  Sebagai contoh, aktivitas succession management memerlukan input performance dari talents yang terpilih untuk menjadi calon pengganti leader-leader perusahaan yang diambil dari hasil aktivitas performance management dan juga memerlukan masukan dari aktivitas talent strategy dan planning guna mengidentifikasi time plan untuk suksesi dilaksanakan.  Succession planning juga memberikan inputs untuk aktivitas learning dan development guna menentukan program-program training dan mentoring yang tepat dan terfokus beserta kebutuhan rotasi di dalam perusahaan untuk mendapatkan multi-skilled talents. Succession planning akan menentukan kebutuhan specifik dari leadership development program untuk talent-talent yang terpilih untuk menggantikan posisi leadership yang kritikal di perusahaan. Berdasarkan hasil dari succession plan, Line Manager dan HR professional dapat mencari talent-talent yang di butuhkan baik dari dalam ataupun dari luar perusahaan yang juga akan menentukan strategi perusahaan untuk kompensasi dan benefits. Masing-masing aktivitas end to end integrated talent management seperti tergambar di lingkaran framework di atas, memiliki ikatan yang kuat dengan aktivitas yang lain di dalam lingkaran tersebut; sebagai contoh aktivitas performance management memiliki peran yang sangat penting sebagai inputs dari aktivitas end to end integrated talent management yang lainnya. Tanpa ikatan yang kuat dan bonding dengan aktivitas yang lainnya dalam lingkaran framework di atas, sebuah aktivitas talent management yang berdiri sendiri akan kehilangan fungsinya dan akan memberikan impact yang minimum untuk eksekusi strategi perusahaan guna pencapaian target bisnis perusahaan. Hal ini juga akan membuat persepsi di kalangan karyawan sebagai “compliance only program” tanpa memberikan impact yang signifikan untuk eksekusi strategi guna mencapai tujuan bisnis perusahaan.  Apakah perusahaan anda sudah menerapkan end to end integrated talent management? Jika sudah, coba cocokan dengan framework di atas, dan berikan komentar anda untuk perbaikan framework ini.